Cracking zone adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan masa transisi dari era ekonomi industri memasuki era ekonomi baru yang didominasi oleh perkembangan teknologi informasi dan keterbukaan informasi. Banyak perubahan yang diusung, mulai dari skala mikro yang proses kerja, model bisnis, budaya organisasi, sampai dengan tatanan yang lebih makro, yaitu budaya masyarakat, sampai dengan strategi pertahanan dan keamanan negara. Sesungguhnya era ekonomi industri telah melahirkan banyak kemapanan dan pada beberapa sisi, kemapanan itu membuat kita terlena alias terperangkap di comfort zone. Era ekonomi baru menuntut sesuatu yang baru, mulai dari strategi yang baru, proses kerja baru, sampai budaya yang baru. Nah, proses perubahan inilah yang disebut cracking, dan pemimpin yang mampu membawa perubahan itu disebutcracker .
Perkembangan aktor-aktor cracking zone seperti perangkat telekomunikasi, social media seperti facebook, twitter, dan blog, dan sebagainya, telah membawa angin perubahan baru. Interaksi manusia menjadi semakin luas jangkauannya dan bisa semakin intensif walaupun tidak pernah bertemu wajah secara langsung. Informasi mengalir dengan cepat dan bebas ke mana saja lintas batas negara. Proses penyensoran informasi seakan-akan menjadi sesuatu yang sia-sia karena akan selalu muncul cara alternatif yang menyiasatinya. Rantai komunikasi antar manusia menjadi semakin pendek dan hirarki seakan-akan terpotong.
Cracking zone membawa budaya birokratis menjadi lebih humanis, efektif, dan efisien. Pada era ini, kecepatan (speed) menjadi kata kunci sehingga proses yang bertele-tele sudah tidak zamannya lagi. Sebuah berita sekecil apapun bisa tersebar dengan cepat melalui internet, apalagi berita besar atau kontroversial yang menarik perhatian publik. Masyarakat sudah menjadi peliput berita yang dikenal dengan istilah citizen journalism yang secara perlahan-lahan “mengambil alih pekerjaan wartawan”.
Cracking zone membawa budaya birokratis menjadi lebih humanis, efektif, dan efisien. Pada era ini, kecepatan (speed) menjadi kata kunci sehingga proses yang bertele-tele sudah tidak zamannya lagi. Sebuah berita sekecil apapun bisa tersebar dengan cepat melalui internet, apalagi berita besar atau kontroversial yang menarik perhatian publik. Masyarakat sudah menjadi peliput berita yang dikenal dengan istilah citizen journalism yang secara perlahan-lahan “mengambil alih pekerjaan wartawan”.
Para era ini muncul apa yang disebut dengan C-Gen atau Connected-Generation, di mana generasi ini ditandai dengan kemampuan mereka untuk saling terhubung dan bertukar informasi dengan cepat. Pada generasi ini, sebuah berita akan tersebar dengan cepat, terlepas dari kebenaran isi berita tersebut. C-Gen ini pulalah yang memiliki kemampuan untuk menjalankan fungsi citizen journalism. Benturan budaya dengan generasi yang lahir di masa perang dingin sangat mungkin terjadi, di mana pada generasi tersebut birokrasi dan kerahasiaan menjadi sesuatu yang penting, sedangkan pada C-Gen, kata kunci mereka adalah sharing dan transparansi. Bertolak belakang bukan?
Sejalan dengan Charles Handy yang terkenal dengan The Age of Paradox, pada cracking zone juga terjadiparadox, di mana aktivitas pemasaran menekankan kepada freemium atau memberi gratis terlebih dahulu baru mendapatkan profit (lihat teorinya Chris Anderson tentang Free ini), sementara daya beli menjadi semakin meningkat.
Pada era ini, dibutuhkan pemimpin yang berjiwa cracker, yaitu yang berani untuk tidak populer untuk melakukan perubahan dengan cara membawa organisasinya keluar dari comfort zone. Siapapun akan sangat gusar dan kesal jika harus keluar dari comfort zone ini, tetapi demi sebuah pembaharuan dan perbaikan, sang cracker harus mampu melakukannya. Cracker harus mampu membuat terobosan dan membawa hal-hal baru demi kemajuan organisasi. Generasi yang lahir di era perang dingin, biasanya adalah mereka yang paling terusik dan kesal dengan fenomena cracking zone ini.
So, bagaimana dengan anda? Siapkah melaju di cracking zone?
ulasan oleh riri satria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar