malam ini g ikut kajian, ada si konyil amar di rumah yang nggak mau ditinggal...
Mmm,,, nggak mau nyari kambing hitam sih,, tapi sebenarnya ada kuis siapa paling berani(KSPB) dan jakarta lawyers club (JLC) yang bikin aku pilih stay at home...
Ditambah super trap yang menyajikan drifting untuk mengerjai sasarannya.Tapi ya harus rebutan remote. Hem,, (skali lagi)bener-bener bulan jihad...
(drifting itu salah satu aksi dalam slalom, free style-nya nyetir mobil.Liat film Tokyo Drift untuk liat drifting2 keren)
mm,,biar tetep dapat makna, aku akan berbagi yang aku dapatkan dari program-program itu...
Aku mulai dari, ....
art of influence, itu judul sebuah buku, mungkin tepatnya beberapa buah buku karena nggak cuma satu buku yang bahas tentang seni mempengaruhi orang lain itu.
Aku liat buku itu pertama kali di perpustakaan ketika dolan ke sebuah Sekolah dasar(SD) di Surabaya sekitar dua tahun yang lalu. Tapi aku nggak ingin bahas itu karena belum sempat baca dalam-dalam buku itu.
ketika remote aku arahkan ke acara Helmi Yahya (KSPB) tentu si konyil Amar protes, karena pasti itu bukan program yang menarik bagi anak yang belum genap berumur 4 tahun itu. Tapi,,, tentu saja.. bagaimana cara mempengaruhinya....
Anak itu kan belum tahu mana yang baik, mana yang sebenarnya menarik. Tergantung kita sebagai orang yang lebih dewasa mempengaruhinya...
dan disinilah kita berperan..
Aku bilang,
"Eh, Kak. Ini acara bagus" (panggilannya kakak)
"heh?", jawabnya. Kelihatan nggak begitu paham dan ingin tahu lebih.
...
Memang aku sering menggunakan kata-kata yang biasa digunakan oleh orang dewasa untuk bekomunukasi dengan keponakan-keponakanku.
Bagi mereka, mungkin itu sesuatu yang tidak mudah untuk dimengerti. Tapi tujuan ku adalah membuat mereka terbiasa dengan bahasa-bahasa itu.
Bukankah 'mengerti" itu akan didapatkan dengan sendirinya ketika sesuatu itu sering diucapkan, sering didengar dan menjadi hal yang familiar, tidak asing di telinga?
Misalnya, aku bilang "manuver" ketika bercerita menjelaskan video tentang pesawat tempur.
Aku gunakan "mengintai" ketika sedang bermain perang-perangan dengan mereka.
Aku kenalkan kata "internet", "chatting", "download" pada mereka.
Aku sengaja tidak menyampaikan kata-kata itu dalam bahasa yang lebih sederhana. Aku menggunakan kata asli dan mereka akan ter-jelas-kan dengan melihat apa yang aku lakukan untuk merepresentasikan kata tersebut. Jadi tidak perlu banyak kata untuk menjelaskan. Walaupun, kadang-kadang menjelaskan memang perlu.
Akhirnya, mereka dengan sendirinya akan menggunakan kata itu tanpa sengaja, karena kata itu sudah ada dalam kumpulan kosa kata mereka.
Contoh: "Video Thomasnya po sudah di download, tan?".
"Tante kog suka chatting i kenapa?",
"Pesawate bermanuver, tan!".
Entah seberapa dalam mereka memaknai kata itu, setidaknya mereka telah bisa menggunakannya.
Ya, cukup lumayan untuk anak usia balita.
...
"Ini acara bagus. kalo liat ini bisa bikin orang jadi pinter", aku jelaskan.
"hem?", komentarnya. Terlihat lebih antusias, ingin tahu lebih dalam.
lalu aku jelaskan lagi, "Ini to, nanti ada pertanyaan. Yang bisa cepet-cepetan mencet. teeet gitu. trus jawab."
"kalo dah jawab?" dah mulai kena dia.
"kalo dah jawab nanti dapat nilai 100 kalo benar", aku jawab.
"nilainya nanti buat apa?", makin kenalah dia.
"nilainya yo dikumpulkan, yang paling bagus nilainya nanti dapat uang", aku jawab.
"uang apa?", dia tanya.
"ya dapat uang. uangnya 25 juta", aku bilang.
tentu saja sihir itu takkan berhasil tanpa intonasi dan gerture yang juga menyihir.
Ingat? dalam komunikasi itu kata-kata berperan hanya 7%, sementara 38% adalah suara termasuk intonasi, dan 55%-nya adalah gesture, menyangkut wajah dan gerak tubuh.
Bayangkan saja bagaimana caraku mempengaruhi anak berusia tiga tahun untuk merelakan mata dan perhatiannya pada kuis untuk orang dewasa itu.
Ya, ikut hanyut dalam acara itu. Ikut jawab. Aku pura-pura ikut pencet, perut dia yang aku pencet, dan dia suka. lalu ikut teriak-teriak, tepuk tangan kalo jawabanku benar. Ajak dia toss untuk perayaan. ..
Dan itu berhasil...hehem...
kenapa aku bilang berhasil, karena esok paginya, yaitu pagi tadi, dia bahas tentang kuis itu tanpa aku yang pancing untuk membahas dulu. Nggak cuma sekali dan nggak hanya sekejap dia bahas..
"... tadi malam itu, kuis yang bikin pinter itu ya ,tan.."
...yeach!
Pada dasarnya kita nggak perlu teori-teori rumit untuk mempengaruhi,, atau untuk lakukan apapun,
...dan aku hanya lakukan dengan caraku..
(untuk JLC, liat posting selanjutnya, Insya Alloh)
-Rabu, 10 Agustus 2011-
siiippp.... ilmu yang bagus. mendewasakan, membuat dewasa
BalasHapusmakasih,,
BalasHapussemoga bermanfaat...