aku lihat wajah wanita penghuni surga
bersedih pilu di samping jenazah ibunya
wajahnya jelek
sungguh tak rupawan
terhinakan oleh mulut-mulut para penyulut
kulit gelapnya menyimpan
sejuta sejarah putih
ketulusan menyayangi
kerelaan berbagi
disuguhkannya sekerat keringat setiap pagi
diberikannya pelukan hangat pengantar luruhnya penat
hanya nasi kering yang sudah basi
yang mampu ia tawarkan sebagai teman sepiring ubi
tiap hari menikmati dengan kotoran
melayani rengekan
sementara saudaranya hanya mau menutup hidung
dan mengintip jauh dari ruang tamu
keringat kecutnya akan bersaksi
air matanya akan bernyanyi
di surga nanti
(senin, 18 April 2011, sekitar setengah sebelas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar